ASAL USUL NAMA POHON JATI
Dahulu
kala disebuah desa kecil dipinggiran hutan tinggal sebuah keluarga kecil. Pak Miran dan ibu Sumi keluarga itu hidup
bahagia, namun mereka belum dikarunia seorang anak. Meraka sangat menginginkan
seorang anak. Setelah sepuluh tahun menikah akhirnya ibu Sumi hamil juga.
Setelah tiga bulan kehamilannya ibu Sumi merasakan sakit yang luar biasa pada
perutnya. Pada suatu malam suaminya bermimpi kalau istrinya sembuh dia harus
mencari ” bunga mawar merah yang dipetik di atas air terjun”.
Ketika
sarapan pak bercerita pada istrinya
kalau sakit yang diderita ibu sumi karena guna-guna
.
“Bu... bapak semalam
bermimpi...”
“Mimpi apa pak...”
“Kalau sakit ibu karena
guna-guna”
“Yang bener pak...”
“Iya, dan obatnya
adalah ” bunga mawar merah yang dipetik di atas air terjun”.
“Kan adanya bunga itu
hanya dihutan larangan pak...”
“Iya...”
Setelah
mendengar cerita tersebut ibu Sumi merasa cemas. Tetapi pak Miran meyakinkannya, bahwa dia akan
baik-baik saja. Akhirnya ibu sumi mengizinkannya. Berangkat kehutan untuk
mencari untuk mencari ” bunga mawar
merah yang dipetik di atas air terjun” tersebut kehutan larangan. Hutan
larangan adalah hutan yang paling angker dan terlarang bagi semua orang untuk
memasuki kawasan tersebut. Banyak sekali orang yang masuk kehutan tersebut dan
tak kembali lagi. Entah kemana orang-orang tersebut keberadaanya. Dan ia segera
berpamitan pada istrinya.
“Bu....... bapak
berangkat dulu ya”
“hati-hati dijalan ya
pak”
“Iya... ibu juga harus
jaga kandungannya dengan sebaik-baik”
“ Iya pak....”
Setelah
sampai diair terjun pak Miran
bertemu seorang kakek tua. Yang sudah keriput, berambut putih, dan bermuka
menyeramkan. Kemudian kakek tersebut bertanya pada pak Miran.
“ Wahay anak muda
sedang apa kau disini...?”
“Sedang mencari” bunga
mawar merah”.
“buat apa kau menyari
bunga tersebut”
“untuk obat istriku
yang sedang hamil”
“kamu boleh
mengambilnya dengan satu syarat”
“syaratnya apa kek...”
“kamu harus bisa
mangalahkan saya atau kamu jadi makanan saya...”
”kalau itu pilihanya
mari kita bertarung....”
Akhirnya
pada pertarungan keduanya terjadi. Mereka saling mengerluarkan kekuatannya
masing-masing. Setelah bertarung secara alot, akhirnya pak samin mampu
mengalahkan kakek tersebut. Dan kakek tua tersebut mati, sebelum mati di
berkata.
“ kelak jika anakmu
lahir, menjadi anak yang sombong, angkuh, dan jahat dan dia akan berubah jika
bertemu cinta sejatinya”
Tetapi
pak Miran
tidak mengubrisnya. Setelah mendapatkan bunga ” bunga mawar merah”. Beliau
langsung pulang kerumahnya.
“tok tok tok tok....”(
suara pintu)
“ya tunggu sebentar”
“bapak pulang...”
“alhamdulilah bapak
pulang dengan selamat”
Pak
Miran
memberikan bunga mawar merah kepada
“bu ini mawar merahnya
nanti direbus kemudian diminum ya,,,”
“iya pak..”
Setelah
beberapa bulan kemudian ibu Sumi melahirkan seorang anak perempuan yang cantik
dan putih kulitnya. Keduanya sangat
senang dan gembira. Anak tersebut diberi nama TINEM. Beberapa tahun kemudian
dia tumbuh menjadi anak kecil yang sombong, angkuh, dan jahat. Dia sangat di
benci orang tua sepermainanya. Karena sering berkelahi, jahat pada
teman-temannya.
Setelah
mengetahui hal tersebut bu Sumi bercerita kepada pak Miran.
“pak kenapa anak
perempuan kita begitu...”
“begitu kenapa bu...”
“dia kok begitu
sombong, dan jahat”
“begini lo bu, waktu
bapak mengambil mawar merah bapak berkelahi dengan seorang kakek tua. Dia
adalah penjaga bunga tersebut.”
“lha terus pak...”
“Terus kakek tersebut
bersumpah kelak jika anakmu lahir, menjadi anak yang sombong, angkuh, dan jahat”
“Lha cara mengobatinya
gimana pak”
“Dia akan berubah baik
jika dia ketemu cinta sejatinya...”
Tahun-tahun
berlalu, Tinem tumbuh menjadi gadis yang semakin sombong, angkuh, dan jahat.
Dan banyak remaja lelaki yang tidak berani mendekatinya. Karena sifatnya
tersebut hampir seluruh warga mengenalnya.
Suatu ketika ada sebuah
pertunjukan didesa tersebut. Tinem dan keluarganya menonton pertunjukan
tersebut. Setelah sampai ditempat ia ingin berkumpul dengan teman-temannya.
Karena teman-teman mengetahui sifatnya justru malah menghindar dan menjauhi.
Merasa kecewa dan tidak ada yang memperhatikan tinem pergi dan lari dari
pertunjukan meski baru datang. Karena tidak memperhatikan jalan akhirnya
menabrak seorang lelaki.
“Eh kalau jalan lihat-lihat dong….”
“Ya maaf mbak..”
Padahal lelaki itu tidak
salah justru ia yang marah-marah. Kemudian di langsung pulang.
Keesokan harinya tinem
mencuci baju di sungai. Tak sengaja lelaki misterius yang dipertunjukan
melihatnya sedang mencuci. Dia mempunyai niat untuk mencuri selendang milik
tinem.
Bebarapa hari kemudian
lekaki itu datang kerumah tinem untuk mengembalikan selendang yang dicurinya.
“permisi…”
“iya sebentar”
(sahut ibu)
“biar saya aja bu yang mebuka pintunya"
“iya…” (kata ibu)
“ngapain kamu datang kerumah saya”
“mau mengembalikan selendang kamu yang hanyut disungai”
“pantesan kemarin cari kemari tidak ada…”
“siapa ti…”
(Tanya ibu di dapur)
“orang tanya alamat bu…”
Kemudian ibu keluar dari
dapur
“ada apa dik…”
“Ini lo bu mau mengembalikan selendang”
“ooo…. Mari masuk nanti ibu buatkan teh”
Akhirnya dia duduk dan tak
lama kemudian pak miran keluar dari kamar.
”eh…. ada tamu to”
“orang hilang pak” (sahut Tinem)
“namanya siapa dik”
(Tanya pak Miran)
“nama saya Jamin pak”
Pak Miran dan Jamin semakin
akrab. Setelah kejadian itu Jamin sering sekali main kerumah Tinem. Kerena pak Miran
merasa bahagia setelah sekian lama akhirnya ada seorang lelaki yang bermain
kerumahnya.
Hari-hari berlalu karena
sering sekali bertemu Jamin akhirnya Tinem merasa jatuh cinta. Dan sikapnya
berubah drastis sekarang menjadi seorang wanita yang baik, manis, dan sering
berkumpul dengan teman-temannya.
Beberapa hari kemudian Jamin berniat mempersunting Tinem
“Tinem mau kah kamu menikah
denganku..”
Tanpa berfikir panjang dia
langsung menerimanya karena dia juga suka. Dan ibunya juga menyutujuinya karena
merasa jika Jamin adalah cinta sejati Tinem.Tetapi kedua orang tuanya menolak
karena ada yang mengganjal difikiran kedua orang tuanya. Setiap ditanya
asal-usulnya Jamin selalu mengalihkan pembicaraan.
Pak Miran mempunyai ide
untuk menyelidikinya. Setelah pulang dari rumahnya, dia mengikuti Jamin sampai
disuatu tempat. Tak disangka dan dinyana betapa kagetnya ketika Jamin berubah
dari yang muda menjadi seorang kakek-kakek.
“oo… pantesan setiap kali saya asal-usulmu, kau selalu mengalihan
pembicaraan”
“apakah kamu masih ingat saya”
Tak lama dia langsung
menghilang. Pak Miran baru ingat ternyata Jamin adalah kakek-kakek yang
dibunuhnya waktu mengambil bunga mawar. Pak Miran langsung pulang dan menyampaikan
kepada istrinya.
“bu ternyata Jamin itu seorang kakek-kakek”
“yang bener pak…”
“iya bu…..”
Kemudian pak Miran
memberitahukan dan menceritakan semuanya kepada Tinem. Karena sudah terlanjur
sayang kepada Jamin setiap malam dia duduk dibawa pohon besar dibelakang rumah.
Dan berharap dia datang. Suatu ketika Jamin akhirnya datang menghampirinya. Dan
mengajak Tinem pergi.
“Tinem apakah kamu masih
sayang kepadaku…”
“iya aku masih mencintaimu…”
“dan maukah kau menikah
denganku…”
“iya saya mau menikah
denganmu”
Akhirnya sejak itu Tinem
hilang entah kemana. Dan semenjak itu pula pohon besar tersebut diberi nama
JATI yang diambil dari nama JAMIN dan TINEM. Dan hingga sekarang
pohon jati masih ditanam di sekitar pekarangan rumah. Yang diharapkan dengan
menanam jati bisa turun sifat setia yang dimiki TINEM.